Disusun oleh:
Kurniadi Panca Putra 0932150018
Hendra Harungguan Simanungkalit 0932150021
Ocyerna Monalisa 0932150075
1. Pengujian
Jenis pengujian dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menilai risiko salah saji yang material, yang merupakan gabungan dari risiko inheren dan risiko pengendalian. Pengujian pengendalian baik secara manual maupun terotomatisasi dapat mencakup jenis – jenis bukti sebagai berikut :
a.Meminta keterangan personil klien yang tepat
b. Memeriksa dokumen catatan dan laporan
c. Mengamati aktifitas yang berkaitan dengan pengendalian
d. Melaksanakan ulang prosedur klien
Jenis – jenis pengujian yang dilakukan dalam pengendalian audit :
1. Pengujian substantif.
Pengertian pengujian substantif adalah prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji dollar (sering disebut salah saji moneter). Yang secara langsung mempengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan.
2. Pengujian substantif atas transaksi.
Pengujian ini digunakan untuk menentukan apakah keenam tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi telah dipenuhi bagi setiap kelas transaksi.
3. Pengujian rincian saldo.
Pengujian ini berfokus pada saldo akhir buku besar, baik untuk akun neraca maupun laporan laba rugi. Contohnya meliputi konfirmasi saldo pelanggan menyangkut piutang usaha, pemeriksaan fisik persediaan dan pemeriksaan laporan vendor tentang usaha.
4. Pengujian Pengendalian.
Untuk mendapatkan bukti yang tepat yang mencukupi guna mendukung penilaian pengujian.
2. Memilih jenis pengujian yang akan dilaksanakan
Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian mana yang akan dipilih untuk memperoleh bukti yang tepat yang mencukupi, biaya bukti itu merupakan pertimbangan yang penting. Jenis peungian yang tercantum berikut ini disusun menurut peningkatan biayanya :
1. Prosedur analitis
3. Pengujian pengendaian
4. Pengujian substantif atas transaksi
5. Pengujian rincian saldo
3. Dampak teknologi informasi terhadap pengujian audit
Dampaknya memberkan pedoman bagi auditor entitas yang mengirimkan, memproses, memelihara, atau mengakses informasi penting secara elektronis. Contoh bukti elektronik meliputi record transfer dana elektronik dan pesanan pembelian yang dikirimkan melalui electronic data interchange (EDI). Bukti kinerja dari pengendalian yang terotomatisasi, seperti perbandingan pesanan penjualan yang diusulkan dengan batas krdit pelanggan yang dilakukan komputer, juga hanya bisa dalam bentuk elektonik.
Bauran bukti
Untuk medapatkan bukti yang tepat yang mencukupi sebagai risiko yang diidentifikasi memlalui prosedur penilaian risiko, auditor menggunakan mombinasi dari empat jenis pengendalian, kombinasi sering sekali disebut bauran bukti (Evidence Mix), diantaranya :
Analisis audit 1, klien ini adalah sebuah perusahaan yang besar yang memiliki pengendalian internal yang canggih, dan risiko inheren yang rendah.
Analisis audit 2, perusahaan ini berukuran sedang, yang memiliki sejumlah pengendalian dan beberapa risiko inheren.
Analisis audit 3, perusahaan ini berukuran sedang, tetapi mempunyai segelintir pengendalian yang efektif dan risiko inheren yang signifikan.
Analisis audit 4, rencana awal pada audit ini adalah mengikuti pendekatan yang digunakan dalam audit 2.
4. Prancangan program audit
Setiap siklus transaksi akan dievaluasi dengan menggunakan serangkaian program sub-audit yang terpisah. Dalam siklus penjualan dan pengihan misalnya, auditor dapat menggunakan :
1.Program audit pengujian pengedalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk penjualan dan penerimaan kas.
2. Program audit prosedur analitis substantif untuk keseluruhan siklus.
3. Program audit pengujian rincian saldo untuk kas, piutang usaha, beban piutang tak tertagih, penyisihan untuk piutang tak tertagih, dan piutang usaha rupa – rupa.
Ikhtisar istilah penting yang berkaitan dengan bukti
1. Fase proses audit, empat fase proses audit, yang merupakan cara utama audit di organisasi.
2. Tujuan audit.
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi :
Tujuan audit yang harus dipenuhi sebelum auditor dapat menyimpulkan bahwa suatu kelas transaksi atau saldo akun tertentu telah di nyatakan secara wajar.
3. Jenis pengujian
Prosedur pengujian risiko :
Digunakan auditor untuk menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar disajikan.
4. Keputusan bukti.
Empat sub-kategori keputusan yang dibuat oleh auditor dalam mengumpulkan bukti audit yang disajikan.
IKHTISAR PROSES AUDIT
Empat tahap proses audit adalah:
1. Merancang dan merancang pendekatan audit
2. Melaksanakan pengujian pengendalian dan pegujian substantif atas transaksi
3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo
4. Menyelesaikan audit dan mengeluarkan laporan audit
TUGAS AUDIT
Nama : Kurniadi Panca Putra
Nim :
0932150018
Tugas :
Tugas Paper Audit
Instansi : Universitas Kristen Indonesia
KONTROL DAN PENENTUAN RISIKO AUDIT INTERNAL
DALAM PERUSAHAAN
Audit internal dalam perusahaan
memberikan peranan yang penting terhadap perusahaan. Dalam perkembangannya sekarang
audit internal memberikan jasa bernilai tambah bagi manajemen perusahaan. Audit
internal modern menyediakan jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan dan penilaian
atas kontrol, kinerja, risiko, dan tata kelola (governance) perusahaan publik
maupun privat. Sedangkan aspek keuangan hanyalah salah satu aspek saja dalam
lingkup pekerjaan audit internal.
Menurut Sawyer dalam bukunya
internal auditing, audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan
objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang
berbeda-beda dalam organisasi untuk menenukan apakah informasi keuangan dan
operasi telah akurat dan dapat diandalkan, apakah risiko yang dihadapi
perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi, apakah peraturan eksternal
serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah terbukti, apakah
kriteria operasi yang memuaskan telah terpenuhi, apakah sumber daya telah
digunakan secara efisien dan ekonomis, dan apakah tujuan organisasi telah
dicapai secara efektif. Semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan
dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung
jawabnya secara efektif.
Jadi menurut definisi di atas,
audit internal melakukan penilaian terhadap operasi dan kontrol perusahaan
meliputi 6 hal yaitu, informasi, risiko, peraturan serta kebijakan dan
prosedur, sumber daya, dan tujuan. Semua dilakukan oleh audit internal untuk
membantu manajemen perusahaan dalam menjalankan tanggung jawabnya.
Berikut mengenai kontrol dalam
perusahaan dan penentuan risiko oleh auditor internal.
I.
KONTROL
I.1 Pengertian Kontrol dan
Internal Kontrol
Setiap kegiatan dalam
organisasi memiliki dua tingkatan yang berbeda dalam dua sistem, yaitu sebagai
berikut:
a. Sistem Operasi
Sistem operasi dirancang untuk
memenuhi tujuan yang telah ditetapkan, misalnya memproduksi 200 unit yang
memenuhi standar biaya, kualitas, dan jadwal.
b. Sistem Kontrol
Sistem Kontrol terdapat sistem
operasi, terdiri dari prosedur, aturan dan intruksi yang merancang untuk
memastikan bahwa tujuan sistem operasi akan tercapai. Kontrol akan meningkatkan
kemungkinan tercapainya tujuan perusahaan.
Auditor internal mungkin tidak
bisa memahami sistem operasi atau mungkin tidak dapat menilai secara objektif.
Akan tetapi auditor internal dididik untuk bisa mengevaluasi Sistem Kontrol
secara objektif.
Menurut
L.R. Dicksee, sistem pengecekan internal yang layak bisa menghilangkan
kebutuhan akan audit yang terinci. Menurutnya pula kontrol terdiri dari tiga elemen,
yaitu: pembagian kerja, penggunaan catatan akuntansi, rotasi pegawai.
Menurut AICPA (American
Intitute of Certified Publik Accountans) – Committee on Auditing Procedure,
kontrol internal berisi rencana organisasi dan semua metode yang terkoordinasi
dan pengukuran yang diterapkan di perusahaan untuk mengamankan aset, memeriksa
akurasi dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional, dan
mendorong ketaatan terhadap efisiensi operasional, dan mendorong ketaatan
terhadap kebijakan manajerial yang telah ditetapkan. Jadi sistem kontrol
internal melampaui hal-hal tersebut yang secara langsung terkait dengan fungsi
departemen akuntansi dan keuangan.
Menurut IIA kontrol
didefinisikan sebagai berikut: setiap tindakan yang di ambil manajemen untuk
meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
Kontrol bisa bersifat PREVENTIF(mencegah hal-hal yang tidak diinginkan),
DEDEKTIF (untuk mendeteksi dan memperbaiki hal-hal yang tidak diinginkan telah
terjadi), atau DIREKTIF (untuk menyebabkan dan mengarahkan terjadinya hal yang
diinginkan). Konsep sistem kontrol merupakan gabungan komponen kontrol yang
terintegrasi dan aktivitas-aktivitas yang digunakan organisasi untuk mencapai
tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran.
I.2
Model-Model Kontrol Internal
Ada
dua model kontrol internal yang digunakan oleh auditor untuk menentukan
kecukupan fungsi kontrol organisasi, yaitu:
1. Model COSO (Committee of Supporting Organizations of The
Treadway Commission)
Model COSO terdiri dari lima
komponen kontrol internal yaitu:
1. Lingkungan Kontrol
Mencakup etika, kompetensi,
serta integritas dan kepentingan terhadap kesejahteraan organisasi, juga
tercakup struktur organisasi serta kebijakan dan filosofi manajemen
2. Penentuan Risiko
Mencakup penentuan risiko di
semua aspek organisasi dan penentuan kekuatan organisasi melalui evaluasi
risiko.
3. Aktivitas Kontrol
Meliputi persetujuan, tanggung
jawab dan kewenangan, pemisahan tugas, pendokumentasian, rekonsiliasi, karyawan
yang kompeten dan jujur, pemeriksaan internal dan audit internal.
4. Informasi dan Komunikasi
Komunikasi informasi tentang
operasi kontrol internal memberikan substansi yang dapat digunakan manajemen
untuk mengevaluasi efektivitas kontrol dan mengelola operasinya.
5. Pengawasan
Pengawasan merupakan evaluasi
rasional yang dinamis atas informasi yang diberikan pada komunikasi informasi
untuk tujuan manajemen kontrol.
2.
Model CoCo (Criteria of
Control Board of The Canadian Institute of Charted Accountants)
Model
CoCo terdiri dari empat komponen dan dua puluh kriteria, empat komponen kontrol
internal adalah sebagai berikut:
v Tujuan
v Komitmen
v Kemampuan
v Pengawasan dan Pembelajaran
Kedua jenis kontrol tersebut risiko yang dapat dijelaskan
dan diukur kemungkinan terjadi dan signifikansi nya bila terjadi. Kombinasi
kedua hal bisa disebut kerawanan. Jadi, bila situasi tersebut dirumuskan maka
akan terlihat sebagai berikut:
P X S = V
Keterangan:
P = Kemungkinan Terjadi (
Potential Occurrence )
S = Signifikansi ( Significance
)
V = Kerawanan ( Vulnerability )
1.3 Sarana
Untuk Mencapai Kontrol
Dalam mengendalikan
fungsi di dalam perusahaan ada beberapa sarana operasional untuk mencapai
kontrol perusahaan, yaitu:
1. Organisasi
Sebagai
sarana kontrol merupakan struktur peran yang disetujui untuk orang-orang
didalam perusahaan sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya secara efisien
dan ekonomis.
2. Kebijakan
Suatu
kebijakan adalah pernyataan prinsip yang membutuhkan, menjadi pedoman, atau
membatasi tindakan.
3. Prosedur
Prosedur
adalah sarana yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas sesuai dengan
kebijakan yang telah ditetapkan. Prinsip yang diterapkan pada kebijakan juga
bisa diterapkan untuk prosedur.
4. Personalia
Orang-orang
yang dipekerjakan atau ditugaskan harus memiliki kualifikasi untuk melaksanakan
tugas yang diberikan. Bentuk kontrol terbaik di samping kinerja masing-masing
individu adalah supervisi. Jadi standar supervisi yang tinggi harus ditetapkan.
5. Akuntansi
Akuntansi
merupakan sarana yang sangat penting untuk kontrol keuangan ada aktivitas dan
sumber daya. Akuntansi membentuk kerangka kerja yang bisa disesuaikan dengan
pemberian tanggung jawab.
6. Penganggaran
Anggaran
adalah sebuah pernyataan hasil-hasil yang diharapkan yang dinyatakan dalam
bentuk numerik. Sebagai sebuah kontrol, anggaran menetapkan standar masukan
sumber daya dan hal-hal yang harus dicapai sebagai keluaran dan hasil.
7. Pelaporan
Manajemen
berfungsi dan membuat keputusan berdasarkan laporan yang diterima. Oleh karena
itu, laporan haruslah tepat waktu, akurat, bermakna, dan ekonomis.
1.4 Aspek Audit Risiko Kontrol
Risiko kontrol merupakan elemen yang
substansial dari daerah risiko yang luas. Risiko kontrol adalah kemungkinan
bahwa kontrol yang telah ditetapkan tidak bisa mendeteksi adanya penyimpangan.
Risiko kontrol haruslah sebuah pertimbangan dalam rancangan metodologi kontrol.
Risiko kontrol merupakan hasil kompromi antara penelaahan aktual atas semua
kejadian dan transaksi serta penelaahan dari sampel-sampel yang representatif.
Risiko kontrol tersebut juga mencakup pertimbangan atas metode kontrol dan
kualitas orang-orang yang memfungsikan proses kontrol. Berikut dijelaskan
tetang penentuan risiko dalam teknik-teknik audit internal.
II.
PENENTUAN RISIKO
II.1
Pengertian dan Tujuan Penentuan Risiko
Salah satu teknik dalam audit
internal adalah penentuan risiko. Auditor internal harus memasukkan hasil
penentuan risiko ke dalam program audit untuk memastikan bahwa kontrol-kontrol
yang dibutuhkan memang diterapkan untuk mengurangi risiko.
Menurut studi COSO, persyaratan
awal untuk penentuan risiko adalah penetapan tujuan, yang dihubungkan pada
tingkat-tingkat yang berbeda dan konsisten didalam organisasi. Penentuan risiko
merurut COSO adalah identifikasi dan analisis risiko-risiko yang relevan untuk
mencapai tujuan, yang membentuk suatu dasar untuk menentukan cara pengelolahan
risiko.
Penentuan risiko merupakan
tanggung jawab tidak terpisahkan dan terus menerus dari manajemen. Menurut
Sawyer, tujuan penentuan risiko adalah untuk membuat karyawan sadar akan
beragam risiko yang ada serta prioritas, dan keterbatasan dari daftar risiko
tersbut.
Penentuan risiko dimanfaatkan
manajemen sebagai bagian dari proses untuk memastikan kesuksesan perusahaan,
juga sebagai alat yang penting dalam merancang sistem-sistem baru yang dibuat
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan akuntan publik
menggunakan penentuan risiko dalam merencanakan audit mereka. Dalam rencana
audit , auditor harus memasukkan pertimbangan tentang risiko dan eksposur
organisasi.
II.2
Audit Berbasis Risiko dan Konsep Manajemen Risiko
Berikut ini adalah tahapan konsep
berbasis risiko secara tradisional yaitu:
v Observasi dan analisis kontrol
v Penentuan risiko yang yang berkaitan dengan operasi
v Penentuan apakah aktivitas ini sesuai dengan tujuan
organisasi.
Tujuan
proses manajemen risiko adalah sebagai berikut:
a) Risiko yang muncul dari strategi dan aktivitas usaha
diidentifikasi dan diprioritaskan.
b) Manajemen dan dewan komisaris telah telah menentukan tingkat
risiko yang dapat diprioritaskan.
c) Aktivitas penghindaran risiko dirancang dan
diimplementasikan untuk mengurangi atau justru mengola risiko pada tingkat yang
ditetapkan dapat diterima.
d) Aktivitas pengawasan yang berkelanjutan dilaksanakan untuk
secara periodik menilai ulang risiko dan efektivitas kontrol untuk mengola
risiko.
e) Manajemen dan dewan komisaris menerima laporan periodik
mengenai hasil proses manajemen risiko.
II.3 Risiko Audit dan
Komponen-Komponennya dalam Audit Laporan
Keuangan
AICPA (American
Intitute of Certified Publik Accountans) dalam SAS 47, 53, dan 55 menyatakan bahwa
risiko Audit terdiri atas dua tingkatan, yaitu tingkat Laporan Keuangan dan
Saldo Akun (tingkat kelompok transaksi). Dalam menentukan risiko Audit pada
Tingkatan Laporan Keuangan Standart Audit (AU 316) mensyaratkan auditor untuk
mempertimbangkan tiga karakteristik :
1.
Karakteristik Manajemen
2.
Karakteristik Operasi
dan Industri
3.
Karakteristik Penugasan
Ada tiga hal yang
termasuk risiko, yaitu:
1. Risiko Bawaan
Risiko
Bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap terjadinya salah saji yang
material, dengan mengasumsikan tidak ada kebijakan atau prosedur struktur
kontrol intern.
2. Risiko Kontrol
Risiko
Kontrol adalah risiko bahwa salah saji material yang bisa terjadi pada suatu
asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur,
kebijakan, atau prosedur kontrol internal perusahaan.
3. Risiko Deteksi
Risiko
Deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji yang
material yang terdapat pada asersi. Risiko deteksi dapat terjadi karena auditor
memutuskan untuk tidak memeriksa 100% saldo atau transaksi atau ketidak pastian
lainnya.
Seorang
auditor dapat mengevaluasi risiko-risikoini baik secara kuantitatif dan
kualitatif. Statement on Auditing Standards memberikan rumus sebagai berikut:
RISIKO
AUDIT = Risiko Bawaan x Risiko Kontrol x Risiko Deteksi
II.4 Metode Analisis dalam Penentuan Risiko
Identifikasi dan penggunaan risiko
untuk mengembangkan sebuah struktur kontrol yang optimal menerapkan suatu
metode analisis atau kombinasi dari beberapa metode. Metode ini adalah:
1. Pembuatan Bagan Alir
Pembuatan
Bagan Alir adalah sebuah metode analisis efisiensi dan kontrol operasi. Bagan
alir adalah penyajian grafik dua dimensi dari sebuah operasi dalam hal aliran
aktivitas melalui proses. Bagan tersebut memungkinkan untuk melihat operasi,
mengidentifikasi ketidakefisienan, langkah-langkah yang terabaikan, dan
kelemahan-kelemahan kontrol.
2. Kuesioner Kontrol Internal
Koesioner
Kontrol Internal (internal control questionnaire-ICQ) meupakan uji ketaatan
yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa kontrol masih diterapkan dan bahwa
risiko dapat dievaluasi. ICQ membutuhkan jawaban yang langsung dan tepat
mengenai ketaatan dengan prosedur yang diharapkan. ICQ dimulai dari jawaban
yang diketahui atau diinginkan dan membutuhkan jawaban “ya” atau “tidak”
disertai komentar.
3. Analisis Matriks
Analisis
matriks diperkenalkan dalam kontrol komputer dan Audit (Computer Control and
Audit). Suatu matriks kontrol merupakan alat untuk membandingkan kontrol dengan
risiko guna memastikan bahwa setiap risiko memiliki kontrol yang layak. Matriks
kontrol juga mengakui bahwa kontrol tertentu bisa memberikan perlindungan untuk
lebih dari satu risiko.
4. Metodologi Ilustratif COSO
Studi
COSO mencakup satu volume berjudul “Evaluation Tools” (Perangkat Evaluasi). Perangkat
Evaluasi berisi dua jenis umum perangkat, yaitu:
a. Perangkat Komponen
Perangkat
komponen merujuk pada analisis komponen-komponen system kontrol.
Komponen-komponen tersebut adalah:
-
Lingkungan Kontrol
-
Penentuan Risiko
-
Aktivitas-aktivitas
kontrol
-
Informasi dam komunikasi
-
Pengawasan
Perangkat
komponen dirancang untuk mengevaluasi setiap komponen tersebut dalam struktur
entitas. Setiap komponen dapat dibagi ke dalam hal-hal substantif yang disebut
“masalah-masalah yang menjadi fokus”. Masalah-masalah ini kemudian dirinci
kedalam contoh-contoh aplikasi khusus yang dapat diperiksa dan ditanggapi.
b.
Lembar Kerja Penilaian
Risisko dan Aktivitas Kontrol
Digunakan untuk menilai tujuan-tujuan
khusus, risiko, dan kontrol. Tata letak lempar kerja tersebut menuntun
pembuatnya melalui proses analitis. Bila analisis tujuan, risiko dan aktivitas
kontrol telah dilakukan, program audit diterapkan bersama-sama untuk menguji
aktivitas kontrol memang diterapkan seperti yang dirancan. Kesimpulan audit
akan menjadi sebuah ukuran kualitas kinerja.
5. Metode Courtney
Teknik
ini melibatkan perhitungan yang menempatkan nilai uang (dolar, rupiah) ke
risiko potensial, dan estimasi terbuat dari frekuensi yang bersama denagan
risiko bisa menciptakan kesulitan. Jika pendekatan ini digunakan, auditor
internal harus berupaya mencapai kesepakatan dengan manajemen tentang
niai-nilai yang diberikan dan frekuensi yang diestimasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Isi lah komentar dibawah dengan etika saling menghargai antar sesama, dilarang keras saling menghina (Sara) didalam blog ini.
Terima Kasih Atas Perhatiannya.
Salam,
Kurniadi Panca Putra.